POJOK PIKNIK

CARI DOLAR

Tips Kece

Nasihat Gokil

Friday, January 29, 2016

Into The Wild: Memetik Hikmah dari Kisah "Supertramp Yang Agung"

Orang muda memiliki idealismenya sendiri. Cara pandang pemuda terhadap dunia di sekitarnya relatif bersih dari hipokrisi dan sesuai hati nurani. Dari dunia yang munafik, dunia yang tampak baik di muka, tak sedikit orang-orang muda lari darinya.

Asumsi semacam itu sekilas akan tertangkap ketika menonton film berjudul Into The Wild. Film dengan alam liar Hutan Alaska itu diangkat dari kisah nyata seorang petualang sejati bernama Christoper McCandless.

Perjalanan hidup McCandless barangkali cerita sedih. Tapi ini bukan tragedi. Lebih dari itu, kematiannya ketika menjelajah Alaska adalah perjuangan memegang prinsip idealisme. Meski itu juga terkesan konyol. Tapi pilihan hidup tidak bisa dibeli dengan apapun, termasuk keberlimpahan keluarga McCandless sebagai kelas menengah yang mentereng dan gagah secara ekonomi.


McCandless lahir dari pasangan Walter McCandless 'Walt' dan Wilhelmina Johnson 'Billie' di El Segundo, California. Dia punya adik perempuan bernama Carine McCandless. Menetap di Annandale, Virginia, pinggiran Washington, DC, keluarganya terpandang sukses. Ayah-ibunya adalah sosok manusia karir yang sukses. Semantara sang ayah bekerja di NASA, sang ibu adalah konsultan beken. 

Namun pandangan sosial sebagai keluarga terpandang yang dialamatkan padanya justru dipandang terbalik oleh McCandless. Bagi Chris, orang tuanya hanyalah potret dari masyarakat kelas menengah yang munafik. Di balik tingginya karir, tak ada orang yang pernah tahu kelakuan sang ayah ketika di rumah yang sering melakukan tindak kekerasan pada sang ibu. 

Titik balik idealisme McCandless untuk melawan arus hipokrisi yang terbangun dalam kedirian ayah-ibunya, adalah fakta yang sangat melukai perasaannya bahwa dirinya adalah anak hasil hubungan gelap sang ayahdengan wanita masa lalu. Begitu pula Cerine, sang adik. Di situlah pribadi McCandless terbentuk untuk meninggalkan rumah, meninggalkan kemapanan, melakukan petualangan.

Pemuda ini menyimpang dari kultur anak-anak borjuis kota yang hura-hura. Dia memiliki tabungan banyak, sejumlah 24 ribu USD, yang diamalkan untuk sebuah yayasan Oxfam International. Di usia mudanya yang mestinya berniscaya senang-senang, sang muda idealis ini justru menolak hadiah mobil dari sang ayah.

Selulusnya kuliah, petualangan sejati McCandles dimulai. Ia memulai langkahnya dengan sebuah ungkapan epik seorang Thoreau: ”Rather than love, than money, than faith, than fame, than fairness... give me truth.”

"Ketimbang cinta, uang, iman, ketenaran, keadilan... beri saja aku kebenaran."

Dia melakukan perjalanan ke San Diego, El Paso, Houston, Grand Canyon, Joshua Tree, Palm Springs, Las Vegas, dan akhirnya tercapai cita-citanya untuk sampai di Alaska. Pada sebuah babak perjalanan itu, dia meninggalkan mobil bututnya, juga membakar uangnya, agar benar-benar terbebas dari hal-ihwal dunia material.

Selama di Hutan Alaska, petualang sejati ini membawa buku saku yang menjadi referensi untuk bertahan hidup di alam liar. Dari buku itu ia tahu mana tanaman yang boleh dimakan dan mana yang akan meracuni tubuh. Meskipun akhirnya petualang syahid yang menjuluki dirinya sebagai Alexander Supertramp ini meninggal karena kekurangan asupan, dan juga racun akibat salah makan tanaman racun. 

Sebagian mungkin berpikir "Supertramp Yang Agung" ini mati sia-sia. Tapi apa yang dianggap eskapisme atau pelarian dari masyarakat dan interaksi sosial yang sakit--di mana manusia saling menyakiti dan menutupi aib diri--sebagaimana dilakukan McCandless adalah perjuangan tersendiri.

Di titik inilah, seruan Soe Hok Gie--yang sama-sama petualang dan mati muda--menggema kembali: "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan." 

Semoga Christoper McCandless bahagia di alamnya. (rajinpiknik.dok)

Bagikan Informasi ini untuk Mencerahkan Orang Lain:

Post a Comment

 
Copyright © 2013 rajin piknik pangkal sehat
Powered byBlogger