Kesan itu berasal dari seorang teman yang memberi saran untuk mencoba ayam belia yang menjadi ikon kuliner di Kota Mataram dan sekitarnya itu. Ketika jalan-jalan di kawasan Plaza Mataram, di kawasan itu memang banyak warung dan restoran yang memampang menu ayam taliwang.
Momen yang pas pun tiba. Setelah seharian muter ke Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur, sesampai di Mataram tubuh ini terasa lelah. Perut pun sudah merasa pasrah untuk dihuni jenis makanan apa saja. Yah, perut lapar inginnya tak macam-macam, yang penting kenyang. Kenapa tak sekalian mencoba ayam taliwang? Okelah!
Di sebuah warung dekat Mataram Plaza, saya memesan ayam taliwang. Sekilas saya lihat jejeran ayam-ayam yang besarnya dua kepalan tangan di etalase warung. Ayam-ayam itu kisaran umurnya 3-5 bulan, dan tentu saja dagingnya masih empuk.
Selain ayam taliwang, saya juga memesan sayur plecing kangkung. Nyaris tak ada motif apa-apa soal pesanan plecing kangkung ini, selain rasa ingin tahu saja.
Pesanan pun terhidang di meja. Tentu ayam taliwang yang pertama saya cicip. Pada kunyahan pertama, daging ayam kampung taliwang itu empuk, dan seketika terasa bumbu dengan corak pedas-manis. Bumbu ayam taliwang ini terasa begitu meresap karena proses memasaknya dengan cara diasap/ dibakar. Nah.
Kemudian beralih pada plecing kangkung. Dari namanya sudah bisa ditebak kalau komposisi utamanya adalah sayur kangkung. Di atas kangkung ada irisan kacang panjang dan toge. Bumbu plecing kangkung itu tak lain adalah sambal kelapa, semacam sambal urap atau gudangan (dalam masakan Jawa). Ada juga sambal berbahan lombok di atasnya.
Satu porsi komplit duet ayam taliwang dan plecing kangkung di kawasan Kota Mataram bisa ditebus dengan 40 s.d. 60 ribu rupiah. Harga yang pantas untuk penjelajahan kuliner. (rajinpiknik.dok)
Bagikan Informasi ini untuk Mencerahkan Orang Lain:
Post a Comment