Sifat pemalu anak dalam beberapa hal memang dipandang negatif, khususnya dalam konteks berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Kesulitan bersosialisasi itu lebih jauh akan menghambat anak untuk menyerap informasi dan pengetahuan dari lingkungannya karena ketertutupan diri dan minimnya transparansi.
Tetapi, bagaimanapun bentuknya, dan apapun implikasi negatifnya, sifat pemalu pada anak bukanlah kesalahan. Sifat pemalu adalah kepribadian. Kita bisa memahami sifat itu sebagai ekspresi dari inner character anak. Di sisi lain, sifat malu juga bisa terbentuk dari lingkungan dan cara orang tua memperlakukan anak.
Sebenarnya rasa malu merupakan fitrah manusia, termasuk anak. Rasa malu secara tidak langsung menjadi kontrol tindakan anak. Rasa malu merupakan pengerem watak-watak overacting, beringas, dan bahkan urakan. Begitu, sebenarnya sifat malu itu memiliki sisi positif yang bisa diarahkan menjadi basis kepribadian yang baik.S
Namun ketika rasa malu kemudian mengakar menjadi sebuah sifat dan kepribadian yang justru menghambat perkembangan anak, baik dalam bersosial dan belajar di sekolah, maka hal ini memang perlu diatasi. Kasus anak pemalu merupakan sesuatu yang sensitif. Penanganannya mesti melibatkan empati dan motivasi, dan secara bersamaan meminimalkan pemaksaan, under estimate, dan judgement negatif.
Kita bisa memulainya dengan hal-hal kecil dalam keseharian untuk mengurangi watak pemalu anak agar dia bisa berhasil memasuki dunia hidup bersama atau "live together" bersama orang jamak.
1. TIDAK PERLU MINTA MAAF
Ketika anak menarik diri saat kita hendak mengenalkannya dengan orang lain, tidak perlu mengatakan "maaf, anak saya ini pemalu". Kata "maaf" itu bisa dipersepsikan sebagai sebuah kesalahan bagi anak. Karena dinilai bersalah, maka anak akan terus cenderung menahan diri.
2. AJARI KODE SOSIAL DENGAN BAHASA TUBUH SECUKUPNYA
Anak pemalu pada umumnya sulit berbicara dengan orang lain. Kesulitan ini sebenarnya adalah bagian dari proses beradaptasi, dan menginternalisasi kehadiran orang lain.
Agar anak pemalu tetap bisa bersosialisasi, maka ajari bahasa tubuh yang bisa diterima sebagai kode atau bahasa sosial. Kalau anak anda, sulit menyapa secara lisan ketika bertemu orang lain, cukup arahkan anak untuk melambaikan tangan, atau bahkan mungkin bersalaman.
Anak harus dirangsang untuk memberikan senyum kepada orang yang sedang dihadapi. Selain itu juga memberikan tatapan yang memungkinkan terjadinya kontak mata. Hal itu akan membuat orang lain merasa tidak diabaikan, meski sebenarnya anak anda pemalu, dan bahkan belum bicara sedikitpun.
3. LEPASKAN ANAK DARI CENGKERAMAN
Semakin orang tua overprotective dan mengontrol setiap gerak-gerik anak maka ruang gerak anak menjadi terbatas. Lama-kelamaan anak menjadi takut untuk mengekspresikan diri. Hal itu secara lebih jauh bisa membentuk kepribadian tertutup, selain tidak percaya diri.
4. STOP MEMPERMALUKAN ANAK KARENA KESALAHANNYA
Bisa jadi rasa malu sehingga membentuk pribadi yang menutup diri pada anak itu disebabkan karena rasa traumatik. Pengalaman buruk tentu bisa saja menjadi sebab awal mengapa anak berperangai introvert dan takut bersosialisasi dengan orang lain. Salah satunya adalah trauma atas kesalahan yang pernah dilakukan, berikut rasa malu dipermalukan sebab kesalahan yang diperbuatnya.
Mulai sekarang, hentikan mempermalukan anak ketika melakukan kesalahan. Apalagi mempermalukkannya di hadapan banyak orang. (rajinpiknik.dok | disarikan dari berbagai sumber)
Bagikan Informasi ini untuk Mencerahkan Orang Lain:
Post a Comment